Loading
PSHT Gelar Sarasehan Bersama, Usung Tema Cinta Tanah Air Melalui Pencak Silat

PSHT Gelar Sarasehan Bersama, Usung Tema Cinta Tanah Air Melalui Pencak Silat

PENCAKSILAT.TV – PSHT Gelar Sarasehan Bersama, Usung Tema Cinta Tanah Air Melalui Pencak Silat. Aliansi Masyarakat Peduli (AMP) Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang terdiri dari Perguruan Pencak Silat PSHT dan penggerak seni bela diri menggelar sarasehan di Padepokan PSHT CSPM di Banjeng Tempelsari Maguwoharjo Depok Sleman, Kamis (07/09/2023).

Tema yang siangkat dalam sarasehan tersebut ialah “Penanaman Karakter Kedisiplinan, Kejujuran, Cinta Tanah Air Melalui Bela Diri Pencak Silat Indonesia.”

Dalam sarasehan tersebut, Ketua PSHT Cabang Sleman Pusat Madiun (CSPM), Drs. H. Parwoto menegaskan esensi beladiri adalah sebagai sarana untuk menumbuhkan semangat cinta tanah air dan sebagai wujud bela negara untuk NKRI.

“Pencak silat berperan sebagai contoh baik dan penggerak utama dalam menyebarkan ajaran agama yang toleran dan harmonis, anti kekerasan dan anti radikalisme demi mewujudkan toleransi beragama antar warga negara sehingga dapat menjadi pencerahan dan perdamaian di seluruh negeri,” kata Parwoto.

Ia menegaskan PSHT dalam menjalin persaudaraan tidak membedakan agama, suku, ras, dan budaya sehingga persatuan dan kesatuan yang kokoh untuk NKRI bisa terjalin.

Purwaanto juga menyatakan PSHT CSPM dan AMP NKRI mengecam Kelompok yang melakukan perekrutan dan penyebaran paham radikal melalui kajian-kajian umum dan media sosial dan media online maupun kelompok yang melakukan penyebaran sikap intoleransi dan kekerasan melalui bela diri.

“Bela diri pencak silat berorientasi kepada pengajaran budi luhur dan mengutamakan persaudaraan antar anggota,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Parwoto menjelaskan, Pencak silat dipilih sebagai pelajaran tingkat pertama karena disamping sebagai warisan budaya bangsa Indonesia, di dalam ajaran pencak silat PSHT juga terkandung unsur-unsur persaudaraan, olahraga, bela diri, Kesenian, dan kerohanian atau ke-SH-an (ajaran budi luhur).

Menurutnya, ini sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia khususnya Jawa yaitu memayu hayuning bawono dalam mewujudkan kemaslahatan kehidupan beragama dan berbangsa yang harmonis, damai, dan toleran bagi indonesia.

“Hal ini diyakini dapat menjadi benteng perlawanan terhadap penyebaran paham-paham radikalisme,” terang Parwoto. ALS (*)

Top