Loading
Pencak Silat Gubug Remaja.

Perguruan Pencak Silat Gubug Remaja (PPSGR) Memiliki Lambang Filosofis

PENCAKSILAT.TV-Perguruan Pencak Silat Gubug Remaja (PPSGR) Memiliki Lambang Filosofis.

Pemilihan kata Gubug Remaja memiliki makna filosofis. Gubug diartikan sebagai tempat yang sederhana. Dimana hal itu dimaksudkan sebagai tempat untuk menempa diri, berlatih ilmu pencak silat dan kanuragan. Adapun kata Remaja, menurut Niekola mengandung maksud, bahwa perguruan pencak silat ini akan diteruskan oleh tunas remaja, anak cucu dan murid-murid perguruan.

Perguruan Pencak Silat Gubug Remaja (PPSGR) memiliki lambang yang  filosofis. Lambang PPSGR ditandai warna hitam sebagai warna dasar yang melambangkan bahwa Gubug Remaja adalah Perguruan Pencak Silat yang menjauhi konfrontasi. Selain itu, lambang tersebut juga memiliki makna kedamaian dan kerukunan.

Gubug Remaja mengajarkan jurus-jurus yang menggabungkan antara seni bela diri tangan kosong, atau dengan senjata. Dengan gerakan yang indah dan ampuh serta mematikan karena notebene dipergunakan untuk mematikan lawan penjajah kala itu. Juga memadukan unsur kanuragan dan ilmu kedigdayaan, tetapi tetap rendah hati dan berakhlak mulia dan bertaqwa kepada Tuhan.

Berdirinya Perguruan Pencak Silat Gubug Remaja (PPSGR) atau disingkat Gubug Remaja diawali dengan kisah pengabdian Eyang R.M Koeshartojo dan adiknya Eyang R.M Agoeng dalam melindungi rakyat Ngawi yang pada saat itu masih dalam masa pendudukan Kolonial Belanda. Eyang R.M Koeshartojo dan R.M Agoeng merupakan putra dari R.M Koesiar, seorang yang dikenal pada saat itu sebagai seorang yang menguasai keilmuan kanuragan dan pencak silat. R.M Koesiar yang memiliki 5 orang anak, membekali mereka dengan keilmuan kanuragan dan pencak silat untuk menjaga keselamatan diri mereka. Diantara kelima anaknya, R.M Koeshartojo dan R.M Agoeng adalah yang paling menonjol menguasai keilmuan yang diajarkan sang ayah. Atas dasar itu, R.M Koesiar memberikan petunjuk kepada kedua anaknya tersebut untuk berkeliling nusantara dan melakukan tirakat diberbagai tempat.

Dalam pengembaraannya, R.M Koeshartoyo dan R.M Agoeng menggunakan keilmuan mereka untuk membantu masyarakat yang mereka temui sepanjang perjalanan. Setelah selesai melakukan pengembaraan dan mencapai tingkatan keilmuan tertinggi sebagaimana petunjuk dari ayahanda, keduanya kembali ke Desa Ketanggi yang terletak di Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur. Ketika kembali, keduanya melihat kesengsaraan rakyat Ngawi pada saat itu akibat penjajahan, sehingga jiwa patriotisme keduanya bangkit dan pada Tahun 1935 mendirikan perguruan yang merekrut rakyat Ngawi untuk berlatih ilmu kanuragan dan pencak silat demi menjaga keselamatan diri serta melawan penjajahan. Perguruan yang didirikan oleh R.M Koeshartojo dan R.M Agoeng ini diberi nama Tabib Ketimuran Gubug, dimana fokus pengajarannya berpusat kepada 2 keilmuan, yakni keilmuan pencak silat dan keilmuan kerohanian yang berbasis tirakat atau kanuragan.

Perjuangan Tabib Ketimuran Gubug dalam mengkoordinir perjuangan rakyat Ngawi kemudian diteruskan pada masa penjajahan kolonial Belanda dan masa penjajahan Jepang. Tabib Ketimuran Gubug menitikberatkan kepada kemampuan kanuragan dan gerakan fisik yang ringkas namun mematikan, baik dengan tangan kosong maupun menggunakan senjata. Perlawanan Tabib Ketimuran Gubug pada masa pra-kemerdekaan sempat membuat bangsa musuh gentar dan tercerai berai.

Demikian Perguruan Pencak Silat Gubug Remaja (PPSGR) Memiliki Lambang Filosofis. MAR (*)

Top